Kisah ini berlatar belakang musim panas yang cerah tanpa henti, saat pembatasan pasokan air diberlakukan di kota tersebut. Shunsaku Iwakiri bekerja di departemen air kota dan tugasnya adalah mengunjungi rumah-rumah dan toko-toko yang menunggak tagihan dan menagih uang atau memutus pasokan air (penegakan penangguhan air). Shunsaku terpisah dari istri dan anak-anaknya, dan hatinya menjadi haus saat ia menghabiskan hari-harinya mengunjungi rumah-rumah miskin dan dibenci. Suatu hari, saat air ditutup, Shunsaku bertemu dengan dua saudara perempuan muda yang telah ditelantarkan. Ia menganggap mereka sebagai anak-anaknya sendiri dan menawarkan bantuan kepada mereka.